Hatarakibachi

Hatarakibachi 
Hataraki artinya ‘bekerja’, bachi berasal dari kata hachi artinya ‘serangga’, jadi hatarakibachi berarti ‘serangga kerja’, atau sering disebut juga sebagai ‘kutu kerja’ di Indonesia. Sebutan ini untuk menggambarkan bahwa orang Jepang adalah orang yang gila kerja, suatu pekerjaan mereka lakukan dengan tanpa mengenal waktu. Jam kerja umumnya di mulai sejak pukul sembilan sampai pukul lima sore, namun para pekerja Jepang selalu menyelesaikan pekerjaan yang harus selesai pada hari itu, tidak menunda-nundanya, sehingga pekerjaan tersebut umumnya dikerjakan hingga harus lembur. Hatarakibachi melahirkan semangat kerja keras, ketekunan, keuletan dalam bekerja, itu sebabnya mengapa orang Jepang dianggap sebagai bangsa terampil dan menyukai pekerjaan. Faktor utama yang menyebabkan bangsa Jepang harus memiliki sifat hatarakibachi adalah lingkungan alam yang menantang. Bayangkan saja negara yang kecil hampir sebesar pulau Sumatra, 80 % daerah pegunungan yang hampir dihuni oleh gunung berapi, sisanya dataran rendah yang hanya sedikit untuk bisa ditanami pertanian. Negara ini terletak di tengah laut samudra Pasifik sebagai negara kepulauan, yang selalu diterpa gelombang tsunami, badai salju, gempa, angin taifun dan berbagai tantangan lainnya. Selain itu, pergantian musim juga mempengaruhi cara pandang dan cara hidup orang Jepang. Mereka harus berjuang bekerja keras untuk bertahan dalam menghadapi setiap pergantian musim itu. Faktor lain yang menyebabkan orang Jepang memiliki sifat hatarakibachi adalah karena bangsa Jepang memiliki sikap penghargaan tinggi terhadap sebuah pekerjaan. Mereka memiliki sikap loyal terhadap pekerjaan sehingga dengan penuh dedikasi akan melakukan apapun demi kemajuan perusahaan, bahkan perusahaan atau kantor dianggap sebagai rumah kedua. Adanya Jaminan perusahaan terhadap karyawan juga menjadi salah satu faktor pendorong seseorang untuk bekerja mati-matian. Proses keuntungan timbal balik antara perusahaan dan keryawan menjadikan semua komponen perusahaan bergerak dinamis hingga melahirkan sikaf hatarakibachi. Jiwa hatarakibachi adalah jiwa disiplin spiritual, bukan sekedar berorientasi pada keuntungan materi belaka. Hal inilah yang membedakan cara pandangnya dengan konsep Barat yang menyatakan bahwa waktu adalah uang, setiap pekerjaan selalu dikaitkan dengan uang. Jepang memiliki kekhasan segi menejerial, penghargaan atas loyalitas adalah prioritas utama bagi suatu perusahaan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar